Rabu, 27 Juni 2012

Demi Kau, Sahabatku


Inilah sebuah cerita yang berhasil saya karang sendiri, mudah-mudahan bermanfaat dan selamat membaca :)


Saat bel istirahat berbunyi, aku cepat-cepat menuju ke kantin sekolah yang letaknya di lantai dasar, perutku sudah tidak tahan lagi, mungkin saja sekarang ia sedang menyanyikan sebuah lagu keroncong. Namaku Nolia Zaliyah, teman-teman, sahabat dan orang tuaku biasa memanggilku dengan sebutan Noli saja.
Saat itu aku langsung menarik tangan Ivha yang waktu itu sedang serius membaca sebuah majalah yang membahas tentang fashion jaman ini, maklum saja temanku yang satu ini sangat tidak ingin ketinggalan jaman, mulai info dari teknologi, kecantikan, pariwisata, pakaian dan perhiasan setiap hari akan ter-update di otaknya. Menurutnya penampilan adalah yang utama.
“Eh Vha temenin aku ke kantin yuk, laper banget nih” kataku sambil iseng mengambil majalah yang ada di tangannya
“Tapi kembaliin dong majalahnya! Lagi seru nih, main ambil aja” keluh Ivha
Tidak ingin mendengar omelannya yang dapat membuatku tidur 7 hari 7 malam, akhirnya aku pun mengembalikan majalahnya dan Ivha mau menemaniku ke kantin walaupun perhatiannya masih saja tertuju pada majalah itu.
Saat sampai di kantin, tatapanku hanya tertuju pada seseorang yang tengah duduk di salah satu tempat duduk yang ada di kantin sambil memakan camilan dan bercanda bersama temannya. Dia adalah Rifalno Saputra, orang yang selama satu setengah tahun terkahir ini menaklukkan hatiku sekaligus orang yang kunanti, memang tidak ada yang special yang terlihat dari dirinya, tapi tidak tau mengapa aku menyukai orang itu, seperti kata pepatah “Cinta tak butuh alasan”. Tapi sayang, cintaku bertepuk sebelah tangan. Rifal nama panggilannya sedang menyukai perempuan lain, dan sayangnya aku tidak pernah melihat perempuan itu karena kami tidak satu sekolah. Beruntung sekali perempuan itu karena dapat menaklukkan hati Rifal, tapi biarpun begitu aku tetap menunggunya, sejauh ini pengorbananku terhadapnya sudah tidak bisa dihitung tangan lagi, ya bukan maksud aku hitung-hitungan sih tapi apa dengan banyaknya pengorbananku ini dia masih juga belum bisa membalas cintaku? Ah sudahlah lupakan saja, aku percaya cinta itu akan datang dengan sendirinya.
Setelah menyantap sepiring nasi goring special dan segelas jus melon yang aku beli tadi, akhirnya aku kembali ke kelas untuk berkumpul dan bercanda ria dengan sahabat-sahabatku. Ya, selain Ivha aku mempunyai 2 orang sahabat lainnya, dia adalah Rini dan Novi. Rini adalah orang yang pertama yang aku datangi untuk mencurahkan isi hatiku, meskipun aku lebih banyak membahas tentang Rifal, ia tetap menjadi pendengar terbaikku, ia tak pernah bosan untuk mendengarkan segala keluh kesahku, aku pun merasa lega setelah curhat dengannya. Jika dilihat secara fisik, wajah Rini hampir mirip dengan Syahiella Hisyam, pemain sinetron berdarah arab. Tau kan Syahiella Hisyam? Cantik kan? Yaiyalah! Begitulah wajah Rini, tidak jauh beda dengan wajah artis yang pernah mengikuti audisi gadis sampul 2007 itu.
Sedangkan sahabatku yang satu ini, si Novi orangnya agak tertutup tapi asyik diajak ngobrol apalagi jika judul pembahasannya tentang “ TWITTER “ HA-HA-HA ! ! ! Maklumlah sahabatku yang satu ini hobi banget twitter-an, dimana dan kapanpun ia sempatkan dirinya untuk meng-update di akun twitternya, jumlah followersnya sih udah ribuan sedangkan followingnya baru sampai ratusan. Oya, Novi ini juga agak laload alias lambat loading atau telmi alias telat mikir, tapi inilah keunikan dari sahabatku yang paling humor diantara kami berempat.
“Hai girls, pada ngapain nih? Kayaknya seru, ikutan dong” ujarku pada Novi dan Rini yang sedang asyik berbicara sambil sesekali tertawa terbahak-bahak
Sementara itu Ivha telah selesai membaca majalahnya, sekarang ia memfokuskan diri kepada perbincangan kami, ia tak ingin cuek dengan kami meskipun majalah yang ia bawa + belum dibaca masih lumayan banyak, Ivha ternyata sering membawa lebih dari 5 majalah setiap harinya ke sekolah. TERRRLALU!
“Eh iya ikut aja supaya lebih rame” jawab Rini dengan ramah
Kami pun berkumpul dan terlihat sangat asyik berbicara
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi. Para guru pun berhamburan keluar dari ruang guru menuju kelas masing-masing untuk mengajar. Sementara itu, di kelasku ada pelajaran kimia, pelajaran yang sangat tidak kusukai karena gurunya ‘galak’, sangat disiplin dan hampir tidak pernah tertawa ataupun melawak saat mengajar sehingga membuat para murid-murid seperti berada diuji nyali dunia lain yang ditayangkan di TRANS7
***
Beberapa jam kemudian akhirnya bel pulang yang sangat aku idam-idamkan berbunyi, ya merupakan kebiasaan kelasku saat bel pulang berbunyi apalagi saat guru yang mengajar membuat kami bosan yaitu selalu berteriak “YESS!!”
Aku tidak langsung pulang, melainkan menunggu Rifal keluar dari kelasnya dan berlalu di hadapanku, setelah itu baru aku pulang.
Sesampainya di rumah, barang yang pertama aku hampiri adalah handphone ku, aku terkejut setelah membaca sebuah inbox dari nomor yang aku tidak ketahui, katanya “ Ivhaaa”
Secepatnya ku tanyakan nomor pengirim pesan itu kepada ketiga sahabatku, yaitu Ivha, Novi dan Rini.
Beberapa menit kemudian Rini membalas pesanku, betapa terkejut dan bahagianya diriku melihat pesan dari Rini, katanya “Nomor itu punyanya Rifal, cieee sukses ya PDKT nya”
ASTAGAAA!!! Aku sangat bersyukur waktu itu, tidak kusangka Rifal akan menyapaku duluan, apa ini artinya? Artinya Rifal me…? Ah tapi kuhilangkan perasaan geer ku dulu, aku tak ingin percaya begitu saja, lagipula dia hanya menyapaku, tidak lebih! Aku heran darimana Rifal mendapatkan nomor handphoneku? Tapi itu tidak penting, yang penting sekarang aku dan Rifal bisa contact-contact an walaupun hanya melalui sms. Aku berusaha agar nyambung dengan pembahasan yang dibahas oleh Rifal meskipun ada yang tidak ku ketahui, aku berharap Rifal menilaiku sebagai orang yang asyik diajak berteman.
***
Beberapa bulan telah berlalu, sekarang aku dan Rifal rajin sms-an. Meskipun Rifal masih menyukai perempuan itu, aku akan tetap berusaha untuk menaklukkan hatinya, tekadku begitu kuat. Yah walaupun biasa si Rifal membahas perempuan itu, ia menceritakan kepadaku apa yang ia sukai darinya, keunikan dari dalam dirinya, kepribadiannya yang menurut Rifal beda dari yang lain, perjuangannya untuk menaklukkan hati perempuan itu dan kelebihan-kelebihan lainnya. Semua itu hanya membuatku SANGAT SANGAT sakit hati tapi aku tetap akan menjadi pendengar terbaiknya.Tidak jarang aku meneteskan air mata karena dia, aku akan berusaha terlihat kuat di depannya walaupun sebenarnya aku adalah makhluk Tuhan yang paling rapuh sejagad raya.
Akhirnya beberapa minggu kemudian aku dan Rifal mulai berteman, kami sering bercanda tawa di bawah pohon halaman sekolah, makan di kantin bareng dan belajar bareng. Aku sangat senang karena bisa lebih dekat dengannya walaupun ia menganggapku hanya sebatas teman, tidak lebih!
***
Pagi hari di sekolah Rini ingin memberitahukan kepadaku yang berhubungan tentang Rifal. Tapi katanya sehabis bel pulang saja, aku pun menuruti kemauannya. Sepanjang jam pelajaran di kelas aku terpikir terus dengan apa yang akan diberitahukan Rini kepadaku, ku harap bel pulang itu segera berbunyi, dan… akhirnya YES!!!!
Akupun bergegas ke gerbang seperti yang dikatakan oleh Rini.
Aku melihat Rini telah berdiri menunggu ku di depan gerbang sambil meneguk softdrink yang ada di tangannya.
“Eh kamu lama banget sih, aku udah capek nunggu tau, udah 30 menit yang lalu” kata Rini
“Eh iya sorry banget, tadi tiba-tiba ada pelajaran tambahan, eh apa yang pengen kamu kasih tau ke aku tentang Rifal? Emangnya ada apa?” jawabku penuh heran
“Mmm tapi  jangan marah ya li, ini juga aku kaget dengernya” ujar Rini
“Iyadeh, emangnya apa sih? Cepetaan dong bikin penasaran aja” sahutku dengan penuh pertanyaan
“Se se sebenarnya sahabat kita si Novi naa na na naksir sama Ri ri fal” kata Rini dengan rasa takut agar aku tidak sedih
“HAAAAA?!!! Novi?? A a a aku ga nyangka banget Rin” sahutku dengan nada sedih
“Iya aku  juga ga nyangka, sabar yah” ujar Rini berusaha menenangkanku
Aku tak kuasa mendengar berita itu, tidak ku sangka ternyata sahabatku sendiri menyukai Rifal, orang yang ku tunggu-tunggu selama ini, padahal Novi jelas-jelas tau kalau aku menyukai Rifal, aku telah menunggu dia selama satu setengah tahun. Biarlah, demi Novi dan demi persahabatku, aku akan berusaha menjauh dari Rifal. Ya Allah bantu aku menghadapi semua ini.
Sekarang aku telah menjauh dari Rifal, ia juga heran dan bertanya kepadaku mengapa sekarang aku berubah. Tapi tak mungkin ku katakan yang sejujurnya, smsnya ku hiraukan, teleponnya ku acuhkan. Pokoknya aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Demi persahabatanku aku rela, walaupun sebenarnya aku sudah tidak sanggup lagi.
***
Kini ada yang berubah, akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit di kepalaku. Seperti hari ini, saat aku sedang mengerjakan ulangan kimia yang diberikan oleh Mr. Rudi, kepalaku terasa sangat sakit, tiba-tiba pandanganku buram dan akhirnya aku pingsan. Sahabat, teman dan guruku terkejut dan langsung membawaku ke UKS.      
Pada saat aku sadar, Rini dan Ivha sudah berdiri di sampingku.
“ Akhirnya kamu sadar juga li, syukur ya” kata Ivha.
“Ha? Aku ada dimana? Kok aku bisa disini?” aku bangkit sambil memegangi kepalaku yang masih sedikit sakit.
“ Tadi kamu pingsan waktu ngerjaiin ulangan kimia” kata Rini
“ Aku ingat, tadi aku ngerjaiin ulangan yang diberikan oleh Mr. Rudi, tapi aku udah ngga ingat lagi abis itu”
“Hmm ya sudah, kamu istirahat aja gih” kata Ivha

Karena akhir-akhir ini kepalaku sering sakit, aku memutuskan untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Tapi aku tidak mengajak apalagi memberitahu Rini, Ivha dan Novi terutama ayah dan ibu. Aku takut mereka mengkhawatirkanku.
Sesampainya di rumah sakit…
“Ayo masuk, silahkan duduk Noli” kata dokter itu
“Iya terimakasih dok. Bagaimana hasilnya? Tidak terjadi apa-apa kan dok?” tanyaku dengan cemas
“Sebentar ya”
Dokter itu pun mengamati hasil pemeriksaanku.
“Maaf  sepertinya saya harus memberitahukan ini langsung pada orang tua anda, karena ini merupakan penyakit sangat serius”
“Memangnya kenapa dok? Apa yang terjadi pada diri saya? Sampaikan saja pada saya, nanti akan saya sampaikan pada orang tua saya”
“Baiklah kalau begitu” dokter menghela napas.
 “Anda harus tabah menerima semua ini, anda terserang penyakit kanker otak stadium akhir” jelas dokter.
Mendengar pernyataan itu, duniaku seperti sudah kiamat, air matapun tak bisa ku tahan.
“Penyakit ini sangat susah jika ingin disembuhkan, apalagi untuk stadium akhir, saya hanya bisa memberikan obat untuk memperlambat pertumbuhan kanker itu, selebihnya serahkan pada yang Di Atas”
Aku berusaha merahasiakan penyakitku ini dari orang-orang di sekitarku. Maafkan aku. Aku tau perlahan-lahan mereka mengetahui penyakitku ini. Tapi sekarang aku belum siap memberitahu mereka, aku tidak ingin mereka mengasihiku hanya karena penyakit ini, aku tidak ingin terlihat lemah di depan mereka. Biarlah aku menanggung penyakitku sendiri. Sudah tiga bulan aku menyembunyikan penyakitku ini. Aku semakin tersiksa. Aku semakin sering pusing, mimisan, dan pingsan. Orang-orang di sekitarku semakin mencurigaiku dan menanyakan padaku apa yang terjadi sebenarnya, tapi tidak mungkin ku katakan yang sebenarnya, biarlah selama penyakitku ini masih bisa dirahasiakan, aku akan merahasiakannya.


Hari ini tanggal 27 Januari tepat dimana usiaku bertambah satu tahun. Aku bersyukur karena aku masih diberikan kesempatan untuk melihat dunia yang sangat indah ini. Rencananya sebentar sore, ulang tahunku yang ke 17 ini akan diadakan di Ballroom hotel Ritz Carlton, pada sweet seventeen ini aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Setelah pulang sekolah, ku sempatkan untuk mampir ke salon langganan ibu sebelum menghadiri acara bersejerah dalam hidupku itu, sehabis dari salon aku pulang ke rumah, ganti pakaian dan berusaha tampil semaksimal mungkin, beberapa menit kemudian aku, ibu dan ayah berangkat ke sana mengendarai mobil.
Sesampainya di sana, para tamu sudah banyak yang berdatangan. Akhirnya acara pun dimulai, pada saat aku akan meniup lilin yang menunjukkan angka 17 itu aku mengucap sebuah permohonan
“Ya Allah di umurku yang ke 17 ini aku berharap agar penyakitku ini tidak diketahui oleh siapapun sampai ajal itu menjemputku, aku tidak ingin ada air mata yang jatuh karenaku, aku tidak ingin orang-orang mengkhawatirkan kondisiku”
Setelah mengucap harapanku  di dalam hati, aku meniup lilin itu. Mudah-mudahan apa yang ku harapkan bisa terkabul. Selanjutnya aku memotong kue itu dan first cake nya ku berikan pada ibu yang telah mengandungku selama 9 bulan, melahirkanku, dan merawatku dengan penuh kesabaran hingga aku besar seperti ini, kue ke dua ku berikan pada ayah yang selama ini telah mencari nafkah agar aku dan ibu bisa makan dan berteduh di tempat yang layak.
Beberapa menit kemudian Rifal mendatangiku dan sepertinya terlihat ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting, “Hari ini kamu terlihat sangat cantik. Happy birthday Li, panjang umur ya, sehat selalu dan banyak rezeki. Mungkin ini waktunya untuk aku jujur dengan perasaanku sendiri kalo ternyata aku sayang sama kamu” sahut Rifal
Aku kaget karena perkataannya barusan dan tidak lama kemudian aku merasakan kembali sakit di kepalaku, sakit ini tidak seperti biasa. Ini terasa lebih sakit dan sangat sakit, darah yang keluar dari hidungku juga mengalir begitu cepat. Dan akhirnya aku pingsan. Orang tua dan sahabatku terkejut dan membawaku ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit dalam keadaan pingsan dan darah yang keluar dari hidungku mengalir terus menerus, aku dimasukkan ke ruang UGD, suster melarang ayah dan ibu untuk masuk agar dokternya konsentrasi dalam memeriksaku.
Ibu dan ayah yang berada di luar, berjalan maju mundur seperti setrikaan. Mereka merasa cemas dengan keadaanku, dapat kurasakan dan ku dengar dari dalam ruang itu, ibu yang sedang menangis disertai cemas dengan kondisiku, aku yakin setiap ibu yang melahirkan kita pasti sangat cemas dengan apa yang terjadi pada diri kita saat terjadi seperti ini, maklumlah ibu baru pertama kali melihatku jatuh pingsan disertai mimisan seperti tadi.
Setelah beberapa lama, dokter yang memeriksaku keluar.
“ Maaf, keluarga Noli yang mana ya?” Tanya dokter itu setekah membuka pintu ruang UGD tersebut
“Oh kami dok, kami orang tuanya Noli. Bagaimana keadaan anak kami?” jawab ayah dengan penuh cemas
“Penyakit ini sangat serius, bisa kita bicara di ruangan saya saja?” sahut dokter itu dengan nada serius
Akhirnya ayah dan ibu mengikuti dokter itu ke ruangannya, sesampainya dokter mempersilahkan ayah dan ibu duduk, lalu mereka membicarakan mengenai penyakitku
“Begini, anak ibu dan bapak mengidap penyakit yang mematikan” kata dokter itu
“Mematikan? Penyakit apa itu dok?” sahut ayah berusaha tenang
“ Noli anak anda mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, ini sudah sangat parah” ujarnya
Ibu dan ayah terkejut bukan main, mereka tidak menyangka aku mengidap penyakit mematikan itu.
“Saya tidak bisa berbuat banyak, kita serahkan saja kepada yang Di Atas” sahut dokter
“Oh iya dokter makasih” jawab ayah
Akhirnya mereka pun meninggalkan ruangan itu dan menuju ruang tempat ku di rawat, ketiga sahabatku juga datang menjenguk termasuk Rifal.
Pada saat itu aku sudah sadar dan mereka telah ada di samping tempat tidurku.
“Syukur nak kamu sudah sadar” kata ibu sambil memegang tanganku
Aku hanya tersenyum dan berkata “Umurku tidak lama lagi Nov, aku titipkan Rifal padamu, jagalah dia sebaik-baiknya”
“Ta ta….” Kata Novi dengan gagap
“Sudahlah, aku tau kok kamu suka kan sama Rifal? Tolonglah Nov, jaga dia. Demi aku! Dan kamu Rifal aku minta tolong agar kamu menyayangi Novi seperti kamu menyayangi aku” sahutku sambil mengambil tangan mereka berdua dan menyatukannya
Aku mengambil cincin yang selama ini aku simpan untuk ku dan untuk Rifal jika suatu hari nanti dia telah menyayangiku dan ‘suatu hari’ itu adalah hari ini, tapi apa boleh buat aku hanya orang yang sakit-sakitan dan tidak pantas untuk Rifal. Cincin ini jadi saksi bahwa aku berusaha keras untuk mendapatkan hati Rifal.
“Ini aku punya dua cincin, satu untuk kamu Nov dan satunya untuk Rifal” kataku sembari memasukkan kedua cincin itu di jari manis Novi dan Rifal.
“Rif, Novi itu sangat sayang sama kamu tolong ya agar kamu tidak menyakiti hatinya. Dia ini sahabatku, jangan dipermainkan, aku mohon” ujarku
“Tapi li kamu bagaimana?” kata Novi
“Sudahlah jangan pikirkan aku, aku mohon penuhi permintaan terakhirku ini, aku ingin pergi dengan membawa kebahagiaan bagi orang lain bukan kesedihan, aku ingin dikenang baik oleh orang lain bukan untuk dikenang buruk, aku ingin kau bahagia, sahabatku” kataku sambil memberikan senyum terakhirku pada mereka
“Terima kasih semuanya, aku harap tidak ada air mata yang menetes karena kepergianku” itu kata terakhirku
Dan terdengarlah suara alat disampingku, layarnya membentuk garis lurus yang menandakan aku telah pergi dari dunia ini dengan senyumku.