Inilah sebuah cerita yang berhasil saya karang sendiri, mudah-mudahan bermanfaat dan selamat membaca :)
Saat bel
istirahat berbunyi, aku cepat-cepat menuju ke kantin sekolah yang letaknya di
lantai dasar, perutku sudah tidak tahan lagi, mungkin saja sekarang ia sedang
menyanyikan sebuah lagu keroncong. Namaku Nolia Zaliyah, teman-teman, sahabat
dan orang tuaku biasa memanggilku dengan sebutan Noli saja.
Saat itu aku
langsung menarik tangan Ivha yang waktu itu sedang serius membaca sebuah
majalah yang membahas tentang fashion jaman ini, maklum saja temanku yang satu
ini sangat tidak ingin ketinggalan jaman, mulai info dari teknologi,
kecantikan, pariwisata, pakaian dan perhiasan setiap hari akan ter-update di
otaknya. Menurutnya penampilan adalah yang utama.
“Eh Vha temenin
aku ke kantin yuk, laper banget nih” kataku sambil iseng mengambil majalah yang
ada di tangannya
“Tapi kembaliin
dong majalahnya! Lagi seru nih, main ambil aja” keluh Ivha
Tidak ingin
mendengar omelannya yang dapat membuatku tidur 7 hari 7 malam, akhirnya aku pun
mengembalikan majalahnya dan Ivha mau menemaniku ke kantin walaupun perhatiannya
masih saja tertuju pada majalah itu.
Saat sampai di
kantin, tatapanku hanya tertuju pada seseorang yang tengah duduk di salah satu
tempat duduk yang ada di kantin sambil memakan camilan dan bercanda bersama
temannya. Dia adalah Rifalno Saputra, orang yang selama satu setengah tahun
terkahir ini menaklukkan hatiku sekaligus orang yang kunanti, memang tidak ada
yang special yang terlihat dari dirinya, tapi tidak tau mengapa aku menyukai
orang itu, seperti kata pepatah “Cinta tak butuh alasan”. Tapi sayang, cintaku
bertepuk sebelah tangan. Rifal nama panggilannya sedang menyukai perempuan
lain, dan sayangnya aku tidak pernah melihat perempuan itu karena kami tidak
satu sekolah. Beruntung sekali perempuan itu karena dapat menaklukkan hati
Rifal, tapi biarpun begitu aku tetap menunggunya, sejauh ini pengorbananku
terhadapnya sudah tidak bisa dihitung tangan lagi, ya bukan maksud aku
hitung-hitungan sih tapi apa dengan banyaknya pengorbananku ini dia masih juga
belum bisa membalas cintaku? Ah sudahlah lupakan saja, aku percaya cinta itu
akan datang dengan sendirinya.
Setelah
menyantap sepiring nasi goring special dan segelas jus melon yang aku beli
tadi, akhirnya aku kembali ke kelas untuk berkumpul dan bercanda ria dengan
sahabat-sahabatku. Ya, selain Ivha aku mempunyai 2 orang sahabat lainnya, dia
adalah Rini dan Novi. Rini adalah orang yang pertama yang aku datangi untuk
mencurahkan isi hatiku, meskipun aku lebih banyak membahas tentang Rifal, ia
tetap menjadi pendengar terbaikku, ia tak pernah bosan untuk mendengarkan
segala keluh kesahku, aku pun merasa lega setelah curhat dengannya. Jika
dilihat secara fisik, wajah Rini hampir mirip dengan Syahiella Hisyam, pemain
sinetron berdarah arab. Tau kan Syahiella Hisyam? Cantik kan? Yaiyalah!
Begitulah wajah Rini, tidak jauh beda dengan wajah artis yang pernah mengikuti
audisi gadis sampul 2007 itu.
Sedangkan
sahabatku yang satu ini, si Novi orangnya agak tertutup tapi asyik diajak
ngobrol apalagi jika judul pembahasannya tentang “ TWITTER “ HA-HA-HA ! ! ! Maklumlah
sahabatku yang satu ini hobi banget twitter-an, dimana dan kapanpun ia
sempatkan dirinya untuk meng-update di akun twitternya, jumlah followersnya sih
udah ribuan sedangkan followingnya baru sampai ratusan. Oya, Novi ini juga agak
laload alias lambat loading atau telmi alias telat mikir, tapi inilah keunikan
dari sahabatku yang paling humor diantara kami berempat.
“Hai girls, pada
ngapain nih? Kayaknya seru, ikutan dong” ujarku pada Novi dan Rini yang sedang
asyik berbicara sambil sesekali tertawa terbahak-bahak
Sementara itu
Ivha telah selesai membaca majalahnya, sekarang ia memfokuskan diri kepada
perbincangan kami, ia tak ingin cuek dengan kami meskipun majalah yang ia bawa
+ belum dibaca masih lumayan banyak, Ivha ternyata sering membawa lebih dari 5
majalah setiap harinya ke sekolah. TERRRLALU!
“Eh iya ikut aja
supaya lebih rame” jawab Rini dengan ramah
Kami pun
berkumpul dan terlihat sangat asyik berbicara
Beberapa menit
kemudian bel masuk berbunyi. Para guru pun berhamburan keluar dari ruang guru
menuju kelas masing-masing untuk mengajar. Sementara itu, di kelasku ada
pelajaran kimia, pelajaran yang sangat tidak kusukai karena gurunya ‘galak’,
sangat disiplin dan hampir tidak pernah tertawa ataupun melawak saat mengajar
sehingga membuat para murid-murid seperti berada diuji nyali dunia lain yang
ditayangkan di TRANS7
***
Beberapa jam
kemudian akhirnya bel pulang yang sangat aku idam-idamkan berbunyi, ya merupakan
kebiasaan kelasku saat bel pulang berbunyi apalagi saat guru yang mengajar
membuat kami bosan yaitu selalu berteriak “YESS!!”
Aku tidak
langsung pulang, melainkan menunggu Rifal keluar dari kelasnya dan berlalu di
hadapanku, setelah itu baru aku pulang.
Sesampainya di
rumah, barang yang pertama aku hampiri adalah handphone ku, aku terkejut
setelah membaca sebuah inbox dari nomor yang aku tidak ketahui, katanya “
Ivhaaa”
Secepatnya ku
tanyakan nomor pengirim pesan itu kepada ketiga sahabatku, yaitu Ivha, Novi dan
Rini.
Beberapa menit
kemudian Rini membalas pesanku, betapa terkejut dan bahagianya diriku melihat
pesan dari Rini, katanya “Nomor itu punyanya Rifal, cieee sukses ya PDKT nya”
ASTAGAAA!!! Aku
sangat bersyukur waktu itu, tidak kusangka Rifal akan menyapaku duluan, apa ini
artinya? Artinya Rifal me…? Ah tapi kuhilangkan perasaan geer ku dulu, aku tak
ingin percaya begitu saja, lagipula dia hanya menyapaku, tidak lebih! Aku heran
darimana Rifal mendapatkan nomor handphoneku? Tapi itu tidak penting, yang
penting sekarang aku dan Rifal bisa contact-contact an walaupun hanya melalui
sms. Aku berusaha agar nyambung dengan pembahasan yang dibahas oleh Rifal
meskipun ada yang tidak ku ketahui, aku berharap Rifal menilaiku sebagai orang
yang asyik diajak berteman.
***
Beberapa bulan
telah berlalu, sekarang aku dan Rifal rajin sms-an. Meskipun Rifal masih
menyukai perempuan itu, aku akan tetap berusaha untuk menaklukkan hatinya,
tekadku begitu kuat. Yah walaupun biasa si Rifal membahas perempuan itu, ia
menceritakan kepadaku apa yang ia sukai darinya, keunikan dari dalam dirinya,
kepribadiannya yang menurut Rifal beda dari yang lain, perjuangannya untuk
menaklukkan hati perempuan itu dan kelebihan-kelebihan lainnya. Semua itu hanya
membuatku SANGAT SANGAT sakit hati tapi aku tetap akan menjadi pendengar
terbaiknya.Tidak jarang aku meneteskan air mata karena dia, aku akan berusaha
terlihat kuat di depannya walaupun sebenarnya aku adalah makhluk Tuhan yang
paling rapuh sejagad raya.
Akhirnya
beberapa minggu kemudian aku dan Rifal mulai berteman, kami sering bercanda
tawa di bawah pohon halaman sekolah, makan di kantin bareng dan belajar bareng.
Aku sangat senang karena bisa lebih dekat dengannya walaupun ia menganggapku
hanya sebatas teman, tidak lebih!
***
Pagi hari di
sekolah Rini ingin memberitahukan kepadaku yang berhubungan tentang Rifal. Tapi
katanya sehabis bel pulang saja, aku pun menuruti kemauannya. Sepanjang jam
pelajaran di kelas aku terpikir terus dengan apa yang akan diberitahukan Rini
kepadaku, ku harap bel pulang itu segera berbunyi, dan… akhirnya YES!!!!
Akupun bergegas
ke gerbang seperti yang dikatakan oleh Rini.
Aku melihat Rini
telah berdiri menunggu ku di depan gerbang sambil meneguk softdrink yang ada di
tangannya.
“Eh kamu lama
banget sih, aku udah capek nunggu tau, udah 30 menit yang lalu” kata Rini
“Eh iya sorry
banget, tadi tiba-tiba ada pelajaran tambahan, eh apa yang pengen kamu kasih
tau ke aku tentang Rifal? Emangnya ada apa?” jawabku penuh heran
“Mmm tapi jangan marah ya li, ini juga aku kaget
dengernya” ujar Rini
“Iyadeh,
emangnya apa sih? Cepetaan dong bikin penasaran aja” sahutku dengan penuh
pertanyaan
“Se se
sebenarnya sahabat kita si Novi naa na na naksir sama Ri ri fal” kata Rini
dengan rasa takut agar aku tidak sedih
“HAAAAA?!!! Novi??
A a a aku ga nyangka banget Rin” sahutku dengan nada sedih
“Iya aku juga ga nyangka, sabar yah” ujar Rini berusaha
menenangkanku
Aku tak kuasa
mendengar berita itu, tidak ku sangka ternyata sahabatku sendiri menyukai
Rifal, orang yang ku tunggu-tunggu selama ini, padahal Novi jelas-jelas tau
kalau aku menyukai Rifal, aku telah menunggu dia selama satu setengah tahun.
Biarlah, demi Novi dan demi persahabatku, aku akan berusaha menjauh dari Rifal.
Ya Allah bantu aku menghadapi semua ini.
Sekarang aku telah
menjauh dari Rifal, ia juga heran dan bertanya kepadaku mengapa sekarang aku
berubah. Tapi tak mungkin ku katakan yang sejujurnya, smsnya ku hiraukan,
teleponnya ku acuhkan. Pokoknya aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya.
Demi persahabatanku aku rela, walaupun sebenarnya aku sudah tidak sanggup lagi.
***
Kini ada yang
berubah, akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit di kepalaku. Seperti hari
ini, saat aku sedang mengerjakan ulangan kimia yang diberikan oleh Mr. Rudi,
kepalaku terasa sangat sakit, tiba-tiba pandanganku buram dan akhirnya aku pingsan.
Sahabat, teman dan guruku terkejut dan langsung membawaku ke UKS.
Pada saat aku sadar, Rini dan Ivha sudah berdiri di sampingku.
“ Akhirnya kamu sadar juga li, syukur ya” kata Ivha.
“Ha? Aku ada dimana? Kok aku bisa disini?” aku bangkit sambil memegangi kepalaku yang masih sedikit sakit.
“ Tadi kamu pingsan waktu ngerjaiin ulangan kimia” kata Rini
“ Aku ingat, tadi aku ngerjaiin ulangan yang diberikan oleh Mr. Rudi, tapi aku udah ngga ingat lagi abis itu”
“Hmm ya sudah, kamu istirahat aja gih” kata Ivha
Karena akhir-akhir ini kepalaku sering sakit, aku memutuskan untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Tapi aku tidak mengajak apalagi memberitahu Rini, Ivha dan Novi terutama ayah dan ibu. Aku takut mereka mengkhawatirkanku.
Pada saat aku sadar, Rini dan Ivha sudah berdiri di sampingku.
“ Akhirnya kamu sadar juga li, syukur ya” kata Ivha.
“Ha? Aku ada dimana? Kok aku bisa disini?” aku bangkit sambil memegangi kepalaku yang masih sedikit sakit.
“ Tadi kamu pingsan waktu ngerjaiin ulangan kimia” kata Rini
“ Aku ingat, tadi aku ngerjaiin ulangan yang diberikan oleh Mr. Rudi, tapi aku udah ngga ingat lagi abis itu”
“Hmm ya sudah, kamu istirahat aja gih” kata Ivha
Karena akhir-akhir ini kepalaku sering sakit, aku memutuskan untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Tapi aku tidak mengajak apalagi memberitahu Rini, Ivha dan Novi terutama ayah dan ibu. Aku takut mereka mengkhawatirkanku.
Sesampainya di rumah
sakit…
“Ayo masuk, silahkan duduk Noli” kata dokter itu
“Iya terimakasih dok. Bagaimana hasilnya? Tidak terjadi apa-apa kan dok?” tanyaku dengan cemas
“Sebentar ya”
“Ayo masuk, silahkan duduk Noli” kata dokter itu
“Iya terimakasih dok. Bagaimana hasilnya? Tidak terjadi apa-apa kan dok?” tanyaku dengan cemas
“Sebentar ya”
Dokter itu pun mengamati
hasil pemeriksaanku.
“Maaf sepertinya saya harus memberitahukan ini langsung pada orang tua anda, karena ini merupakan penyakit sangat serius”
“Memangnya kenapa dok? Apa yang terjadi pada diri saya? Sampaikan saja pada saya, nanti akan saya sampaikan pada orang tua saya”
“Baiklah kalau begitu” dokter menghela napas.
“Maaf sepertinya saya harus memberitahukan ini langsung pada orang tua anda, karena ini merupakan penyakit sangat serius”
“Memangnya kenapa dok? Apa yang terjadi pada diri saya? Sampaikan saja pada saya, nanti akan saya sampaikan pada orang tua saya”
“Baiklah kalau begitu” dokter menghela napas.
“Anda harus tabah menerima semua ini, anda
terserang penyakit kanker otak stadium akhir” jelas dokter.
Mendengar pernyataan
itu, duniaku seperti sudah kiamat, air matapun tak bisa ku tahan.
“Penyakit ini sangat
susah jika ingin disembuhkan, apalagi untuk stadium akhir, saya hanya bisa
memberikan obat untuk memperlambat pertumbuhan kanker itu, selebihnya serahkan
pada yang Di Atas”
Aku berusaha merahasiakan penyakitku
ini dari orang-orang di sekitarku. Maafkan aku. Aku tau
perlahan-lahan mereka mengetahui penyakitku ini. Tapi sekarang aku belum siap
memberitahu mereka, aku tidak ingin mereka mengasihiku hanya karena penyakit
ini, aku tidak ingin terlihat lemah di depan mereka. Biarlah aku menanggung penyakitku
sendiri. Sudah tiga bulan aku menyembunyikan penyakitku ini. Aku semakin
tersiksa. Aku semakin sering pusing, mimisan, dan pingsan. Orang-orang di
sekitarku semakin mencurigaiku dan menanyakan padaku apa yang terjadi
sebenarnya, tapi tidak mungkin ku katakan yang sebenarnya, biarlah selama
penyakitku ini masih bisa dirahasiakan, aku akan merahasiakannya.
Hari ini tanggal
27 Januari tepat dimana usiaku bertambah satu tahun. Aku bersyukur karena aku
masih diberikan kesempatan untuk melihat dunia yang sangat indah ini.
Rencananya sebentar sore, ulang tahunku yang ke 17 ini akan diadakan di
Ballroom hotel Ritz Carlton, pada sweet seventeen ini aku tidak akan
menyia-nyiakannya.
Setelah pulang
sekolah, ku sempatkan untuk mampir ke salon langganan ibu sebelum menghadiri
acara bersejerah dalam hidupku itu, sehabis dari salon aku pulang ke rumah,
ganti pakaian dan berusaha tampil semaksimal mungkin, beberapa menit kemudian
aku, ibu dan ayah berangkat ke sana mengendarai mobil.
Sesampainya di
sana, para tamu sudah banyak yang berdatangan. Akhirnya acara pun dimulai, pada
saat aku akan meniup lilin yang menunjukkan angka 17 itu aku mengucap sebuah
permohonan
“Ya Allah di
umurku yang ke 17 ini aku berharap agar penyakitku ini tidak diketahui oleh
siapapun sampai ajal itu menjemputku, aku tidak ingin ada air mata yang jatuh
karenaku, aku tidak ingin orang-orang mengkhawatirkan kondisiku”
Setelah mengucap
harapanku di dalam hati, aku meniup
lilin itu. Mudah-mudahan apa yang ku harapkan bisa terkabul. Selanjutnya aku
memotong kue itu dan first cake nya ku berikan pada ibu yang telah mengandungku
selama 9 bulan, melahirkanku, dan merawatku dengan penuh kesabaran hingga aku
besar seperti ini, kue ke dua ku berikan pada ayah yang selama ini telah
mencari nafkah agar aku dan ibu bisa makan dan berteduh di tempat yang layak.
Beberapa menit
kemudian Rifal mendatangiku dan sepertinya terlihat ingin memberitahukan
sesuatu yang sangat penting, “Hari ini kamu terlihat sangat cantik. Happy
birthday Li, panjang umur ya, sehat selalu dan banyak rezeki. Mungkin ini
waktunya untuk aku jujur dengan perasaanku sendiri kalo ternyata aku sayang
sama kamu” sahut Rifal
Aku kaget karena
perkataannya barusan dan tidak lama kemudian aku merasakan kembali sakit di
kepalaku, sakit ini tidak seperti biasa. Ini terasa lebih sakit dan sangat
sakit, darah yang keluar dari hidungku juga mengalir begitu cepat. Dan akhirnya
aku pingsan. Orang tua dan sahabatku terkejut dan membawaku ke rumah sakit.
Sesampainya di
rumah sakit dalam keadaan pingsan dan darah yang keluar dari hidungku mengalir
terus menerus, aku dimasukkan ke ruang UGD, suster melarang ayah dan ibu untuk
masuk agar dokternya konsentrasi dalam memeriksaku.
Ibu dan ayah
yang berada di luar, berjalan maju mundur seperti setrikaan. Mereka merasa
cemas dengan keadaanku, dapat kurasakan dan ku dengar dari dalam ruang itu, ibu
yang sedang menangis disertai cemas dengan kondisiku, aku yakin setiap ibu yang
melahirkan kita pasti sangat cemas dengan apa yang terjadi pada diri kita saat
terjadi seperti ini, maklumlah ibu baru pertama kali melihatku jatuh pingsan
disertai mimisan seperti tadi.
Setelah beberapa
lama, dokter yang memeriksaku keluar.
“ Maaf, keluarga
Noli yang mana ya?” Tanya dokter itu setekah membuka pintu ruang UGD tersebut
“Oh kami dok,
kami orang tuanya Noli. Bagaimana keadaan anak kami?” jawab ayah dengan penuh
cemas
“Penyakit ini
sangat serius, bisa kita bicara di ruangan saya saja?” sahut dokter itu dengan
nada serius
Akhirnya ayah
dan ibu mengikuti dokter itu ke ruangannya, sesampainya dokter mempersilahkan
ayah dan ibu duduk, lalu mereka membicarakan mengenai penyakitku
“Begini, anak
ibu dan bapak mengidap penyakit yang mematikan” kata dokter itu
“Mematikan?
Penyakit apa itu dok?” sahut ayah berusaha tenang
“ Noli anak anda
mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, ini sudah sangat parah” ujarnya
Ibu dan ayah
terkejut bukan main, mereka tidak menyangka aku mengidap penyakit mematikan
itu.
“Saya tidak bisa
berbuat banyak, kita serahkan saja kepada yang Di Atas” sahut dokter
“Oh iya dokter
makasih” jawab ayah
Akhirnya mereka
pun meninggalkan ruangan itu dan menuju ruang tempat ku di rawat, ketiga
sahabatku juga datang menjenguk termasuk Rifal.
Pada saat itu
aku sudah sadar dan mereka telah ada di samping tempat tidurku.
“Syukur nak kamu
sudah sadar” kata ibu sambil memegang tanganku
Aku hanya
tersenyum dan berkata “Umurku tidak lama lagi Nov, aku titipkan Rifal padamu,
jagalah dia sebaik-baiknya”
“Ta ta….” Kata
Novi dengan gagap
“Sudahlah, aku
tau kok kamu suka kan sama Rifal? Tolonglah Nov, jaga dia. Demi aku! Dan kamu
Rifal aku minta tolong agar kamu menyayangi Novi seperti kamu menyayangi aku”
sahutku sambil mengambil tangan mereka berdua dan menyatukannya
Aku mengambil
cincin yang selama ini aku simpan untuk ku dan untuk Rifal jika suatu hari
nanti dia telah menyayangiku dan ‘suatu hari’ itu adalah hari ini, tapi apa
boleh buat aku hanya orang yang sakit-sakitan dan tidak pantas untuk Rifal.
Cincin ini jadi saksi bahwa aku berusaha keras untuk mendapatkan hati Rifal.
“Ini aku punya
dua cincin, satu untuk kamu Nov dan satunya untuk Rifal” kataku sembari
memasukkan kedua cincin itu di jari manis Novi dan Rifal.
“Rif, Novi itu
sangat sayang sama kamu tolong ya agar kamu tidak menyakiti hatinya. Dia ini
sahabatku, jangan dipermainkan, aku mohon” ujarku
“Tapi li kamu
bagaimana?” kata Novi
“Sudahlah jangan
pikirkan aku, aku mohon penuhi permintaan terakhirku ini, aku ingin pergi
dengan membawa kebahagiaan bagi orang lain bukan kesedihan, aku ingin dikenang
baik oleh orang lain bukan untuk dikenang buruk, aku ingin kau bahagia,
sahabatku” kataku sambil memberikan senyum terakhirku pada mereka
“Terima kasih
semuanya, aku harap tidak ada air mata yang menetes karena kepergianku” itu
kata terakhirku
Dan terdengarlah
suara alat disampingku, layarnya membentuk garis lurus yang menandakan aku
telah pergi dari dunia ini dengan senyumku.